اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ
لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اللهُ اَكْبَرْ ماتحرك متحرك وارتـج. ولبى محرم وعـج. وقصد
الحرم من كل فـج. وأقيمت فى هذا الأيام مناسك الحج. اللهُ اَكْبَرْ
(3×)
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام.
اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد
المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا
عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Marilah kita
bersyukur pada Allah karena pada pagi ini ternyata Allah telah memberi anugerah
nikmat terbesar pada kita yaitu nikmat keimanan dan ketaqwaan kita pada
Allah SWT.Iman inilah yang membuat kaki kita tersa ringan untuk melangkah dalam
rangka menyambut seruan Allah,karena iman inilah mata kita terasa ringan untuk
melihat dalam rangka membaca ayat-ayat ALLAH,karena iman inlah pendengaran kita
terasa ringan untuk diajak konsentrasi dalam rangka mendengarkan firman – firman
ALLAH.Iman inilah yang membuat mata hati kita menjadi terang untuk membedakan
mana yang haq dan mana yang batil , mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang halal dan mana yang haram.Dan marilah kita bersyukur kepada Allah karena
ALLAH telah memberikan kepada kita addin yaitu agama yang mulya,Allah telah
menyempurnak nikmatnya pada kita,Allah telah ridhokepada kita ISLAM sebagai
agama kita.Hal sesuai dengan firman Allah Qs al-Mâidah/5:3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ
دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).
Dan marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena dihari yang
penuh barokah dan sangat bersejarah ini kita dapat berkumpul dalam rangka
menunaikan ibadah solat idul adha ,mengumandangkan takbir,tahlil dan tahmid
sebagai upaya mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.Marilah kita bersama-sama
meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati.Kita niatkan hari
ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti
yang tercermin dalam ketaatan dan
ketabahan nabiyullah Ibrahim as menjalani cobaan dari ALLAH SWT.
Diceritakan Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang sangat wira’i, taqwa, dan cinta kepada Allah. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta budunah ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para malaikat terheran-heran dan kagum pada tindakannya itu.. Beliau berkata “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”.
Setelah melewati
masa cukup lama. Beliau pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan. Ketika
beliau berada di Baitul Muqoddas, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai
seorang anakyang soleh
sesuai yang termaktub dalam Surat Ash-Shoffat ayat 100 :
رب هب لي من
الصالحين
Ya Tuhanku, anugrahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang sholeh
. Kemudian Allah pun mengabulkan permohonan beliau.
Beliau dikaruniai seorang putra yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari
istri beliau Hajar.
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat
sabar.
Allah berfirman dalam Alqur’an pada Surat Ash-Shoffat penggalan Ayat
102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ.
Maka tatkala anak itu (Ismail)cukup
umur.sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim
Ketika Nabi Ismail berusia 7 tahun (ada yang mengatakan 13 tahun), pada
waktu itu bertepatan pada malam tanggal 8 Dzul hijjah, Nabi Ibrahim tidur dan
bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seseorang berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim,
tepatilah janjimu !”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir
dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah
ataukah dari syetan ?”. Kemudian hari itu dinamakan yaumut
tarwiyyah atau hari tarwiyyah[1], karena
tarwiyyah dalam bahasa arab artinya berpikir mengingat masa lalu.
Pada malam harinya beliau tidur dan bermimpi seperti mimpi yang
pertama. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau mengetahui bahwa mimpi
tersebut berasal dari Allah. Dan pada hari itu (tanggal 9 Dzul Hijjah)
dinamakan yaumu arofahatau hari arofah. Pada malam harinya
beliau pun bermimpi dengan mimpi yang sama seperti sebelumnya. Setelah
terbangun pada keesokan hari, beliau baru menyadari bahwa mimpi tersebut adalah
perintah untuk menyembelih putra beliau. Kemudian pada hari itu (tanggal 10
Dzul Hijjah) dinamakan yaumun nahr atau hari nahr.
Ketika Nabi Ibrahim akan mengajak putranya untuk disembelih, Beliau
berkata kepada istri beliau Hajar “Pakaikanlah anakmu dengan pakaian yang
bagus, karena sesungguhnya aku akan pergi bersamanya untuk bertamu !”.
Hajar pun memberi Nabi Ismail dengan pakaian yang bagus, memberinya
wangi-wangian, dan menyisir rambutnya.
Ketika keduanya
siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi
Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang
menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika
memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya
ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya
pergi dan Iblispun lari tunggang
langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni
melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah .
Kemudian Nabi
Ibrahim pergi bersama Nabi Ismail dengan membawa sebuah pisau besar dan tali ke
arah tanah Mina.
Setelah sampai di tanah Mina, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya,
sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا بني إني ارى
في المنام أني اذبحك فانظر ماذا ترى
Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu.
. Nabi Ismail pun menjawab sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat
Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا أبت افعل ما
تؤمر ستجدني ان شاء الله من الصابرين
Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah
engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar
Kemudian Nabi Ismail berkata
pada ayahnya “Wahai ayahku, aku berwasiat kepadamu beberapa perkara:
1.
Ikatlah
tanganku dengan kencang agar aku tidak goyah karena itu akan menyakitkanku.
2.
Letakkan
wajahku di atas bumi agar engkau tidak memandangku sehingga engkau merasa
kasihan.
3.
Tutuplah pakaianmu dariku agar darahku tidak
mengotorinya sehingga ibuku tidak melihatnya, karena itu akan membuatnya sedih.
4.
Tajamkanlah bibir pisau besarmu dan
percepatlah dalam menyembelih leherku agar terasa lebih ringan karena
sesungguhnya kematian itu sangat menyakitkan.
5.
Berikanlah pakaianku kepada ibuku sebagai
pengingat diriku. Sampaikan salam dariku dan katakan padanya “bersabarlah atas
perintah Allah”.
6.
Jangan engkau menceritakan kepada ibuku
bagaimana engkau menyembelih dan mengikat tanganku. Jangan engkau membawa bocah
kepada ibuku agar ia tidak semakin bersedih.
7.
Jika engkau melihat seorang bocah sepertiku,
maka jangan engkau terus memandanginya sampai engkau bersedih.
” Nabi Ibrahim berkata “Baiklah, semoga pertolongan selalu
menyertaimu atas perintah Allah, wahai anakku !”.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat ayat 103 :
فلما اسلما
وتله للجبين
Tatkala keduanya telah berserah diri dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya
Nabi Ibrahim membaringkan Nabi Ismail untuk disembelih seperti layaknya
kambing sembelihan. Dan kejadian itu terjadi di atas batu besar di Tanah Mina.
Nabi Ibrahim pun meletakkan pisau besar besarnya di leher putra beliau.
Kemudian beliau menyembelih leher putra beliau dengan kuat, akan tetapi atas
kehendak Allah pisau tersebut tak mampu memotong leher Nabi Ismail bahkan
menggoresnya pun tidak. Allah membuka tutup mata dari semua malaikat langit dan
bumi, sehingga mereka mengetahui kejadian tersebut. Kemudian mereka berlutut
dan bersujud kepada Allah. Kemudian Allah berkata “Lihatlah kalian semua kepada
hambaku bagaimana ia menebaskan pisau besar pada leher anaknya karena mengharap
ridloku,
Nabi
Ismail berkata “Wahai ayahku, engkau telah melemahkan kekuatanmu karena
cinta kepadaku sehingga engkau tidak kuasa untuk menyembelihku”. Kemudian
Nabi Ibrahim menebaskan pisau besarnya pada batu dan batu tersebut terbelah
menjadi dua. Nabi Ibrahim berkata terheran-heran “Pisau ini bisa memotong
batu tetapi tidak bisa memotong daging”. Namun atas kuasa Allah, pisau
tersebut berkata “Wahai Ibrahim, kamu mengatakan potonglah, tetapi tuhan
semesta alam berkata jangan potong. Maka bagaimana aku melaksanakan perintahmu
yang berlawanan dengan perintah tuhanmu”. Pisau tersebut tidak dapat memotong
leher Nabi Ismail karena Allah telah memerintahkan untuk tidak memotongnya
walaupun Nabi Ibrahim berkata potonglah.
Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat 104-106 :
وناديناه ان
ياابراهيم, قد صدقت الرؤيا انا كذلك نجزي المحسنين, ان هذا لهو البلاء المبين
Dan Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim”
(104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik (105) Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata (106)
Semua kejadian tersebut merupakan ujian yang telah diberikan Allah
kepada Nabi Ibrahim. Kemudian Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat 107
:
وفديناه بذبح
عظيم
Dan Kami tebus (ganti) anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
Malaikat Jibril pun datang dengan membawa seekor domba yang besar.
Domba tersebut merupakan domba qurban Habil putra Nabi Adam yang masih hidup
dalam surge. Kemudian domba tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail.
Malaikat Jibril yang datang dan melihat Nabi Ibrahim berusaha memotong leher putra
beliau. Dengan rasa ta’dhim (hormat) dan terheran atas Nabi Ibrahim, Malaikat
Jibril berkata :
الله اكبر الله
اكبر الله اكبر
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar
Kemudian Nabi Ibrahim menjawab :
لااله الا الله
والله اكبر
Tidak ada tuhan (yang hak untuk disembah) kecuali Allah, dan Allah Maha
Besar
Nabi Ismail pun mengikuti :
الله اكبر ولله
الحمد
Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang
dimuliakan Allah,
Akhirnya dalam
kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan
berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit
kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok,
tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara.
Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar.
Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan
pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
أعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar